Rabu, 20 Juni 2012

Perbedaan "san", "sama", "kun" dan "chan"?


Setelah memperhatikan beberapa anime dengan baik dan benar, dalam rangka mempelajari bahasa Jepang, ada beberapa pemakaian kata panggilan yang cukup gw bingungkan.
Karena pada AWAL-nya, sebelum tau referensi yang pasti, cuma nonton filem dan menyimpulkan sendiri, hasilnya gini :

 - Kun digunakan untuk laki-laki
 - San digunakan untuk laki-laki dan perempuan (umum)
 - Chan digunakan untuk anak-anak- Sama digunakan untuk yang lebih tua


Jadi begitulah awalnya, tapi ternyata enggak segampang itu karena ada juga panggilan -kun untuk perempuan, dan kadang anak-anak dipanggil dengan san dan lainnya
Setelah membaca referensi di sumber 1 dan sumber 2 gw akhirnya cukup ngerti budaya dan penggunaannya. 

Jadi, di Jepang ada yang namanya panggilan kehormatan. Kalau di Dunia Barat, ada panggilan Mr, Miss dan Mrs. Sedangkan kalo di Indonesia ada panggilan, Bapak, Pak, Ibuk, Buk, Nak, dan lainnya. Tidak seperti di Negara barat yang memanggil dengan nama depan tanpa embel-embel dianggap sebagai suatu kedekatan/keakraban, di Jepang dan Indonesia memanggil hanya dengan nama (kalo untuk sebaya di Indonesia c masi gapapa ya..) dianggap sebagai suatu penghinaan. Bahkan pemakain honorific menunjukkan hubungan antar pembicara.

Ada 4 panggilan yang lazim digunakan di Jepang yaitu :

    1. San
    2. Kun
    3. Chan
    4. Sama

Tapi ada juga beberapa tambahan panggilan dalam kondisi khusus:

    1. Senpai/Kohai
    2. Sensei
    3. Shi

Nahh, ayo kita bahas satu per satu
San : Merupakan panggilan yang paling umum. Digunakan ketika menyapa seseorang, dan bukan anggota keluaga. San mirip dengan is similar to "Mr", "Ms", "Mrs", di negara Barat. Sebagai tambahan, kata "San" ditulis dalam hiragana.
San juga bisa digunakan untuk profesi seseorang, seperti penjaga toko buku disebut honya-san (honya = toko buku), atau tukang daging disebut nikuya-san (nikuya="toko daging") dan lainnya.
Bahkan juga bisa digunakan kepada hewan atau juga benda tak bergerak. Hanya saja hal ini dilakukan oleh bahasa anak-anak, karena ya memang terlalu kekanak-kanakan seperti penyebutan usagi-san yang secara bebas diartikan sebagai tuan kelinci.
Dalam logat yang berbeda seperti di kyoto, kadang san juga diucapkan sebagai "Han".
Kun :merupakan sapaan informal dan biasa digunakan pada pria. Umumnya digunakan oleh atasan kepada bawahan, sesama laki-laki, atau memanggil anak laki-laki. Dalam bisnis, kun juga digunakan untuk menyapa wanita.
Guru/Pengajar biasanya memanggil siswa laki-laki dengan sebutan kun, sedangkan untuk siswa perempuan ditambahkan kata san atau chan.
Chan : merupakan bentuk "san" yang dialamatkan pada anggota keluarga atau anak-anak. Perubahan penyebutan ini seperti bahasa bayi, dari penggunaan S menjadi C. (yaa kayak bahasa alay anak jaman sekarang lah, cuma perubahan ini umum, gak kayak bahasa alay yang non-standar bahasa nasional).
Chan juga bisa digunakan oleh orang dewasa jika ingin bersikap kekanak-kanakan pada lawan bicara atau me-referpada seseorang yang cute menurut si pembicara.
Chan jarang digunakan untuk anak laki-laki, tapi kadang juga digunakan ketikan namanya tidak cocok dengna akhiran kun, seperti Tetsuya akan dipanggil Tetchan daripada Tekkun. Juga Shinosuke atau Shinichi dipanggil dengan Shin-can dan bukan Shin-kun. Penggunaan chan biasanya dilakukan dengan penyingkatan nama depan/nama kecil yang bersangkutan. Jadi penggunaannya bukan Shinosuke-chan/Shinichi-chan. Jika menggunakan nama kecil yang lengkap maka akan dipanggil dengan akhiran kun. Kasus ini bisa ditemukan di komik Doraemon yaitu Nobita kadang dipanggil dengan Nobi-chan atau Nobita-kun.
Seperti san, juga dapat digunakan pada hewan dan lain-lain, jadi kalo sebelumnya kita kenal usagi-san, maka kita juga kenal usagi-chan yang memiliki arti yang sama.
Non-standard variations dari chan adalah chin (ちん), and tan (たん).
Sama : merupakan versi formal dari san. Sapaan ini digunakan untuk orang yang memiliki status/kelas yang tinggi (biasanya dalam urusan bisnis). Sama juga digunakan ketika menuliskan nama seseorang di surat pos/kiriman atau sejenisnya.
Ada beberapa keunikan dari sama, kadang kata sama juga dipakai pada nama seorang laki-laki yang dianggap tampan oleh pemuja nya. Seperti aktor jepang, oleh penggemarnya akan diberikan panggilan sama.
Oke..itu dia beberapa panggilan yang umum dalam bahasa Jepang. Ada beberapa panggilan lain seperti :
Senpai : untuk panggilan junior pada senior nya
Sensei : Panggilan siswa kepada guru atau panggilan kepada figur yang berpengaruh
Shi : digunakan sebagai panggilan resmi dalam pidato atau suatu publikasi
Occupation related title : Digunakan pada akhiran nama seseorang menyangkut profesinya. Seperti Suzuki-Tōryō(Tōryō = "Master Carpenter") akan digunakan dan bukan Suzuki-san.
Honorific Job title : digunakan dengan memberikan profesi kepada namanya. sumber :
The name of a job may have two versions. For example, "translator" may be hon'yakuka (翻訳家) or hon'yakusha (翻訳者). Job titles ending in ka (家), meaning "expert", usually imply some kind of expertise, thus, by the rules of modesty in Japanese, they are not usually used for oneself. The plain form with sha (者), meaning "person", may be used by the person or in plain text, such as the book title. Use of the ka ending implies respect. Similarly, there are jūdōka (柔道家), or "judo experts" in judo, and manga authors are referred to as mangaka (漫画家) or "manga experts".
In the case of farmers, the old name hyakushō (百姓)(literally "one hundred surnames") is now considered offensive, and farmers are referred to, and refer to themselves as, nōka (農家), or "farming experts".
Honorific job titles such as sensei, which is applied to teachers and doctors, also have plain forms. For example, in plain language, a teacher is a kyōshi (教師) and a doctor is an isha (医者) or ishi (医師). The polite versions are used when addressing or talking about the person, but the plain forms of the jobs are used in other cases.
Hikoku/yōgisha : digunakan pada seorang kriminal/terdakwa. Untuk yōgisha digunakan pada suspect.
Tono/Dono : Digunakan untuk sertifikat dan lainnya, dan bukan untuk percakapan sehari-hari walau masih ada yang menggunakan dalam urusan bisnis. Secara harfiah diartikan sebagai Lord/Tuan
Ue : menurut sumber ditulis : "literally means "above" and, appropriately, denotes a high level of respect. While its use is no longer very common, it is still seen in constructions likechichi-ue (父上) and haha-ue (母上), reverent terms for one's own, or someone else's, father and mother, respectively. "
Iemoto : Panggilan sama seperti sensei hanya saja tingkatannya lebih tinggi
Heika/Denka/Kakka : Merupakan gelar kehormatan dalam kerajaan.
Jadi itulah sapaan yang ada di Jepang, yang perlu diperhatikan, jangan menggunakan kata akhiran apapun pada nama sendiri kecuali untuk dianggap lebih kecil (hanya khusus -chan). Panggilan akhiran untuk nama sehari-hari menyebabkan kejanggalan tersendiri (dianggap menyombongkan diri) kecuali jika dimaksudkan dalam konteks candaan. Atau ini bisa saja dilakukan yang memang bermaksud menampilkan rasa janggal tersebut.